TEMPO.CO - “Saya di-sweetbully,” kata Ira Koesno menanggapi beragam komentar masyarakat setelah dia memandu debat Pilkada DKI Jakarta pada Jumat, 13 Januari 2017. Walau merasa jadi korban, Ira Koesno mengaku rela karena dengan begitu, masyarakat akan mencari tahu seperti apa jalannya debat calon kepala daerah. “Alhamdulillah, akhirnya tujuan debat (mengeksplorasi visi dan misi setiap pasangan calon) tercapai, meski dengan cara yang muter-muter.”
Perbincangan dengan Ira Koesno pada Jumat sore, 20 Januari 2017 di sebuah kafe di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, berlangsung gayeng berseling canda. Ira Koesno menceritakan berbagai hal tentang dirinya. Karier yang hampir kandas sampai ada pertolongan ‘juru selamat’ yang tak pernah dia lupa, dikatain kampungan, hingga urusan pribadi –yang sesekali membuat dia balik bertanya, “apa perlu ya?”. Tapi demi menjawab penasaran masyarakat, akhirnya meluncur pernyataan dari bibirnya.
Bagi Ira Koesno, “Life Begins at 40” -judul lagu yang dibuat John Lennon pada 1980 ini, bak mantra yang nyata adanya. Di usia 46 tahun, Ira Koesno membuat netizen gagal fokus ketika menjadi moderator debat Pilkada Jakarta. Simak wawancara lengkap dengan Dwi Noviarti Koesno berikut ini:
Bagaimana Ira Koesno memandang perbincangan yang terjadi pasca-debat Pilkada?
Debat ini dimaksudkan mengelaborasi pertanyaan dan setiap pasangan calon memaparkan visi dan misinya supaya warga Jakarta lebih yakin, siapa sih yang mau dipilih dan siapa yang terbaik untuk memimpin Jakarta. Debat bukan untuk membuat mereka (pasangan calon kepala daerah) tergagap-gagap. Dari awal saya diwanti-wanti bahwa bintangnya adalah para pasangan calon itu.
Pas selesai, kok malah banyak sekali meme tentang saya. Ini distraksi namanya. Sebagai orang komunikasi, saya merasa sedih karena tujuan debat tidak tercapai. Sama sekali enggak ada niatan seperti itu (mengalihkan perhatian dari paslon). Tapi kemudian orang penasaran tentang saya, dan otomatis mereka melihat lagi tayangan debat. Alhamdulillah, akhirnya tujuan debat tercapai, meski dengan cara yang muter-muter dan ada yang jadi ‘korban’. Saya di-sweetbully.
Netizen penasaran, apa rahasia tampil segar Ira Koesno?
Umur sudah di atas 40 tahun, ya harus dijaga. Tujuannya bukan sekadar langsing lalu enak dipandang, tapi demi sehat. Dengan tinggi badan 168 sentimeter, saya selalu menjaga berat badan antara 57-59 kilogram. Kalau di bawah itu, saya jadi kurus banget, tapi kalau di atas itu, bobot bisa cepat naik.
Saya konsultasi ke beberapa dokter, yakni dokter penyakit dalam konsultan endokrin metabolik, karena saya cenderung hipotiroid, dokter gizi, dan dokter kulit. Yang jelas bukan yang beredar itu ya (sebelumnya tersiar kabar Ira Koesno berkonsultasi dengan dokter kulit di sebuah klinik kecantikan di kawasan Senopati, Jakarta Selatan). Itu hoax. Lalu siapa dokternya? Itu rahasia dong.
Saya punya menu diet yang harus diterapkan kalau berat badan sudah mulai naik. Soal makan, saya bisa menghindari nasi, tapi paling enggak tahan kalau ketemu brown bread (roti ala Eropa). Pernah satu kali saya pengen banget makan brown bread tapi sedang diet. Dokter malah menyuruh saya makan itu karena kata dia, ‘daripada kamu enggak bisa tidur malam cuma karena kepengen roti itu, ya cuil aja’. Diet itu harus dinikmati dan jangan sampai menyiksa diri. Nanti ujung-ujungnaya malah enggak turun-turun berat badan.
Untuk olahraga, dulu saya rutin pilates dua kali seminggu, dan treadmill. Tapi sekarang jadwalnya berantakan. Sekarang mau ambil latihan yang menitikberatkan pada otot supaya enggak gampang capek, baru jalan sebentar udah ngos-ngosan. Tapi jangan sampai berotot. Duh, kalau sudah 40 tahun itu ya, harus dijaga.
Cukup tidur juga harus ya. Saya beruntung menjadi orang yang gampang terlelap. Saya malah bingung saja orang yang mengeluh susah tidur, kok bisa ya? Ha…ha…ha…
Selanjutnya: Ira Koesno bicara soal fashion dan makeup